Lindungi Budaya Indonesia, Mahasiswa ITK Kembangkan Permainan FESBUK

by | Jun 20, 2016 | Berita-ITK

Pengabdian Masyarakat │ITK News Office

Balikpapan – Lima mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan (ITK) mengembangkan sebuah metode unik agar anak-anak sekolah dasar lebih mengenal kesenian dan kebudayaan Indonesia. Proses belajar tidak berlangsung di dalam kelas untuk membuatnya efektif. Tidak pula memerlukan gawai canggih untuk membuatnya interaktif.

Mereka adalah Dwi Fitrianingsih, Lidwina Eka Hastadita, Muhammad Aditya, Reza Hananta, Chandra Fauzi.

Karya yang terbilang sederhana itu ternyata berhasil memperoleh pendanaan tingkat nasional dari Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi untuk diterapkan di sebuah sekolah dasar di Balikpapan. Program Kreativitas Mahasiswa – Pengabdian Masyarakat (PKM–M), nama hibah itu.

“Tongkonan adalah rumah adat suku Toraja dari Sulawesi Selatan. Atapnya melengkung menyerupai perahu atau tanduk kerbau dan terdiri atas susunan bambu,” ucap Adi lantang penuh semangat. Ia tampak membaca sederet tulisan dalam poster gambar ukuran A4 yang menempel pada sebuah papan dengan ukurannya setinggi dirinya. Dahi dan pelipisnya penuh keringat. Tapi siswa kelas 4 SD Negeri 6 Balikpapan Utara itu terlihat senang saat memainkan Fesbuk.

IMG-20160620-WA0006

Ya, ‘Fesbuk’, begitu permainan itu dinamakan. Bukan merujuk pada salah satu media sosial yang terkenal itu, tapi akronim dari ‘Festival Budaya dan Kesenian’. Adi tidak sendiri, bersama puluhan siswa lainnya, ia memainkan permainan yang mirip dengan monopoli ini pada arena dengan diameter tujuh meter.

“Cara mainnya tidak susah. Para pemain bermain di atas selembar kain spanduk berbentuk lingkaran besar sebagai arenanya. Siswa bermain sebagai bidak. Sebagai pengganti uang, pemain menggunakan kupon khusus. Langkah pemain ditentukan oleh kocokan dadu yang berukuran bola kaki. Setiap pemberhentian diletakkan papan informasi mengenai sejumlah kesenian dan budaya dari berbagai daerah untuk mereka baca,” kata Dwi Fitrianingsih, yang menjadi koordinator kelompok PKM menjelaskan.

Menurut Dwi, generasi muda saat ini kurang mengenal seni dan budaya Indonesia. Mereka lebih menggandrungi budaya dari luar seperti Korea, Jepang, Amerika dan lainnya. Di samping itu perkembangan teknologi membuat banyak muda menghabiskan waktunya dengan gawai ‘telepon pintar’, yang justru mengisolasi diri dari lingkungan.

“Dari situlah ide kami berasal. Target kami anak-anak usia sekolah dasar. Memanfaatkan sifat anak-anak yang gemar bermain lalu dibuat sebagai alternatif media pembelajaran kebudayaan dan kesenian Indonesia,” ujar Muhammad Aditya, anggota kelompok lainnya.

Aditya menambahkan, dengan menggunakan metode permainan, siswa diharapkan lebih tertarik dan meningkatkan minatnya untuk mempelajari kebudayaan dan kesenian Indonesia.

Informasi dan pertanyaan yang ada di Fesbuk berisi kebudayaan dan kesenian yang ada di Indonesia, termasuk di dalamnya seni pertunjukkan, rumah tradisional, alat musik daerah, kebudayaan khas, hingga permainan tradisional.

IMG-20160620-WA0005

PKM-M dari mahasiswa ITK di SD Negeri 6 Balikpapan tersebut berlangsung sejak Mei hingga 11 Juni 2016 lalu.

“Terima kasih karena ITK mau menjadikan SDN 006 ini sebagai mitra. Saya lihat anak-anak juga senang dengan kehadiran teman-teman di ITK yang menawarkan metode pembelajaran baru, jadi gak melulu belajar di dalam kelas”, kata Kurwadi, Kepala Sekolah SDN 6 Balikpapan.

“Kakak-kakak mahasiswa memberi pertanyaan, dan kalau siswa bisa menjawab diberi hadiah. Makanya kalau lihat kakaknya datang, kami pasti tanya mau main lagi kah kak”, ujar Wina, siswa lainnya seraya menggenggam susu coklat hadiah saat berhasil menjawab pertanyaan.

Dengan berakhirnya program ini, pihak sekolah SDN 6 Balikpapan Utara menyampaikan harapan agar ikatan silaturrahmi antara Institut Teknologi Kalimantan dan SDN 006 Balikpapan Utara dapat terjaga.

(Humas ITK/RJP)

Bagikan Yuk :
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
Skip to content