Pengendalian Kualitas di Industri Tempe Somber

by | Sep 9, 2017 | Berita-ITK

ITK News I Pengabdian Masyarakat

Balikpapan – Sektor perdagangan, jasa dan usaha kecil merupakan salah satu penggerak ekonomi di Balikpapan. Di tengah kondisi menurunnya beberapa komoditas unggulan yang sempat mengguncang Kalimantan timur, sektor usaha kecil masih mampu bertahan pada kondisi krisis.

Salah satu jenis usaha yang dikembangkan di Balikpapan adalah usaha pengrajin tempe dan tahu. Perhatian Pemerintah Balikpapan pada sektor industri ini cukup baik. Relokasi sentra industri yang sekarang bertempat di daerah Somber, Balikpapan Utara serta pengelolaan manajemen yang baik merupakan salah satu bukti perhatian Pemerintah Balikpapan.

Para pengrajin tempe yang berada di sentra industri ini berusaha bersaing secara sehat dan kompetitif untuk mendapatkan hati konsumen di pasar. Usaha yang mereka lakukan salah satunya dengan menjaga mutu serta kualitas tempe yang diproduksi.

Pada 29 Juli 2017 lalu, Tim dosen dari program studi Matematika Institut Teknologi Kalimantan (ITK) berkesempatan untuk melakukan program pengabdian masyarakat pada salah satu home industry / industri rumah tangga pengrajin tempe di daerah tersebut. Program pengabdian masyarakat tersebut bertujuan untuk melakukan sosialisasi serta melihat proses pengendalian kualitas yang dilakukan pada produk tempe.

Program yang dilaksanakan di rumah milik bapak Aswariani, salah satu pengrajin tempe di Somber. Tujuannya untuk melihat proses pengendalian kualitas produk yang dilakukan. Selain itu melalui program ini diharapkan dapat membantu apabila terdapat kendala dalam pengendalian kualitas yang dihadapi oleh produsen.

Proses pengendalian kualitas yang telah dilakukan di industri rumah tangga tempe terdiri dari pengawasan terhadap kualitas bahan baku, peralatan produksi, tenaga kerja, proses produksi, serta faktor lainnya. Kualitas bahan baku memiliki peranan sangat penting dalam produksi tempe.

Saat ini kedelai yang digunakan merupakan kedelai impor yang telah dikenal memiliki kualitas yang lebih baik dari pada kedelai lokal. Harga kedelai impor saat ini berkisar Rp 7000/kg. Ketergantungan terhadap kedelai impor sebenarnya sangat disayangkan. Pemerintah hendaknya telah mengambil langkah agar dapat menyediakan kedelai lokal yang berkualitas sehingga para produsen tidak bergantung pada pasokan kedelai dari luar negeri.

Selain kedelai, bahan baku lainnya yang berpengaruh yaitu kualitas ragi serta air yang digunakan untuk proses produksi. Ragi yang berkualitas akan membuat hasil fermentasi kedelai semakin baik. Demikian juga air yang digunakan. Air yang digunakan harus bersih dan jernih serta tidak mengandung zat kimia apapun. Produsen tempe di Somber menggunakan fasilitas air sumur untuk melakukan produksi. Hal ini dikarenakan kandungan kaporit pada air PDAM dapat mempengaruhi mutu tempe yang dihasilkan. Dalam proses pembuatan tempe, air bersih digunakan untuk pencucian serta perebusan kedelai.

Selain kualitas bahan baku, kualitas tempe yang baik juga dipengaruhi oleh kualitas proses produksi yang dilakukan. Pada proses ini yang berpengaruh adalah peralatan serta tenaga kerja yang melakukan proses produksi. Peralatan yang digunakan antara lain, tong besar sebagai tempat merendam kedelai, tong besar untuk menampung air, bejana untuk merebus kedelai, mesin pemecah kedelai, dan lainnya. Pengendalian kualitas yang telah dilakukan oleh bapak Aswariani meliputi kebersihan peralatan serta kualitas material peralatan.

Selain itu, beliau juga lebih memilih untuk menggunakan gas LPG dari pada kayu bakar sebagai sumber perapian dalam perebusan kedelai. Sedangkan pada proses produksinya, bapak Aswariani dibantu oleh 3 orang. Proses yang paling penting dari serangkaian proses produksi tempe adalah proses pencucian kedelai. Bapak Aswariani sangat berhati-hati dalam melakukan proses ini. Pencucian kedelai yang bersih dapat menghasilkan tempe yang berkualitas bagus.

Pengendalian kualitas pada produksi tempe milik bapak Aswariani telah dilakukan cukup baik. Tempe yang diproduksi memiliki kualitas dan ketahanan yang cukup baik. Akan tetapi dalam pelaksanaan proses produksinya, belum dilakukan pencatatan detail produksi yang dilakukan seperti pembukuan keuangannya. Usaha yang dilaksanakan masih dalam skala kecil, sehingga tidak pernah mendata berapa tempe yang diproduksi hari ini, tempe yang dijual hari ini, serta jumlah uang yang berputar.

Secara statistik, pembukuan keuangan akan bermanfaat untuk evaluasi usaha yang dijalankan. Evalusi ini dapat membantu pengusaha apabila akan mengembangkan usaha yang dilaksanakan. Apabila usaha-usaha kecil yang ada di masyarakat semakin berkembang maka perekonomian masyarakat dapat terangkat serta dapat mengurangi pengangguran di masyarakat.

-end-

Kontributor: Primadina Hasanah (Dosen Program Studi Matematika ITK) untuk Humas ITK

Bagikan Yuk :
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
Skip to content