Air asam tambang (AAT) adalah masalah lingkungan beracun yang diam-diam membawa logam berat seperti Fe dan Mn, serta tingkat kekeruhan yang jauh melampaui batas aman. Namun, solusi cerdas tak terduga kini muncul dari limbah dapur: kulit nanas dan biji pepaya. Inovasi yang digagas oleh Ismi Khairunnissa Ariani, B.Sc., M.Sc. ini membuktikan bahwa penanganan polusi serius bisa lahir dari bahan yang paling sederhana.
Di Indonesia, air asam tambang menimbulkan pencemaran serius. AAT terbentuk ketika pirit (FeS₂) dan mineral sulfida lain terpapar udara, menghasilkan cairan dengan pH rendah dan konsentrasi logam tinggi. Jika dibiarkan, air karat ini mengalir ke sungai, merusak ekosistem, mencemari air bersih, dan mengganggu kesehatan masyarakat.
Masalah ini diperparah oleh ribuan lubang bekas tambang yang tak terurus. Data Jatam mencatat setidaknya ±3.033 lubang bekas tambang di seluruh Indonesia yang berpotensi menjadi sumber pencemaran ke lingkungan sekitar.
Meskipun regulasi mewajibkan pengolahan sesuai baku mutu, metode kimia konvensional yang sering digunakan sangat mahal.
Inilah titik balik inovasi: pemanfaatan limbah buah sebagai biokoagulan alami. Menurut penelitian Ismi Khairunnissa, kulit nanas (yang banyak ditemukan di Kutai Kartanegara) dan biji pepaya mengandung senyawa alami yang efektif mengikat logam berat. Dengan proses ekstraksi sederhana, biokoagulan ini mampu menekan kadar pencemar dalam air.
Keuntungannya sangat signifikan:
Pemanfaatan kulit nanas dan biji pepaya menunjukkan bahwa penanganan air asam tambang tidak harus mahal atau rumit. Solusi cerdas dapat lahir dari hal sederhana.
Air asam tambang adalah ancaman nyata bagi lingkungan dan masyarakat. Melalui inovasi biokoagulan alami ini, Ismi menawarkan jalan keluar yang cerdas, efisien, dan berkelanjutan. Kini saatnya kita mendukung inovasi ramah lingkungan ini demi menjaga sumber daya air untuk generasi mendatang.
Inovasi dari Dapur: Menjinakkan Racun Tambang dengan Limbah Nanas dan Pepaya
Inovasi dari Ismi Khairunnissa Ariani, B.Sc., M.Sc. menghadirkan solusi ramah lingkungan untuk mengolah air asam tambang menggunakan limbah kulit nanas dan biji pepaya sebagai biokoagulan alami.
ITK Hadirkan Inovasi Hijau: Edukasi Bahaya Lereng dan Penerangan Tenaga Surya di Balikpapan
Mahasiswa ITK berkolaborasi meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya lereng sekaligus menghadirkan penerangan jalan ramah energi berbasis tenaga surya di kawasan Bukit Batakan Permai II, Balikpapan
ITS dan ITK Jalin Kolaborasi Pengabdian Masyarakat dan Penelitian Bersama dengan Pesantren Al-Izzah
Kegiatan ini merupakan wujud nyata sinergi antar perguruan tinggi untuk memperkuat ekosistem pendidikan dan riset di Kalimantan Timur.