Balikpapan - Keterbatasan air dan mahalnya pupuk masih menjadi persoalan krusial yang dihadapi petani di wilayah pinggiran Kota Balikpapan. Kondisi tersebut dirasakan langsung oleh Kelompok Tani Harapan Sejahtera (KTHS) yang mengelola lahan perkebunan seluas 342,4 hektar di Kelurahan Karang Joang, Balikpapan Utara. Menjawab tantangan tersebut, Tim Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi Kalimantan (ITK) yang diketuai oleh Arif Wicaksono Septyanto, S.Kom., M.Kom., bersama dosen Ni’matus Sholihah, S.TP., M.T.P. dan Khairunnisa Adhar, S.T., M.Sc., menghadirkan inovasi teknologi tepat guna melalui program PKM BIMA 2025.
Program ini berangkat dari permasalahan nyata di lapangan, yakni krisis ketersediaan air saat musim kemarau dan keterbatasan pupuk berkualitas. Sumber air sungai yang berjarak sekitar 200 meter dari lahan mengalami penurunan debit signifikan saat kemarau, sementara ketiadaan akses listrik menghambat pemanfaatan pompa air sumur bor. Di sisi lain, distribusi pupuk bersubsidi tidak mencukupi kebutuhan lahan yang luas, sedangkan harga pupuk komersial relatif mahal dan berdampak pada menurunnya produktivitas tanaman seperti jambu biji, buah naga, dan merica.
Berdasarkan hasil survei awal, diskusi dengan petani, serta observasi langsung di lapangan, tim ITK merancang dua inovasi utama, yaitu Rainwater Harvesting (RWH) dan Pupuk Organik Cair (POC) berbasis limbah pertanian. Sistem RWH dirancang dengan memanfaatkan atap pondok petani sebagai media penangkap air hujan, dilengkapi tandon dan filter multi-lapis yang terdiri dari pasir halus, pasir kasar, kerikil, serta karbon aktif atau zeolit. Teknologi ini memungkinkan petani memperoleh sumber air irigasi yang lebih bersih, mandiri, dan berkelanjutan, khususnya pada musim kemarau.
Sementara itu, inovasi POC dikembangkan dengan mengolah limbah sayuran dan buah sisa panen menjadi pupuk cair bernutrisi. POC yang dihasilkan mengandung unsur hara makro seperti Nitrogen, Fosfor, dan Kalium, serta mikroorganisme yang berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah secara bertahap. Penerapan POC ini berpotensi meningkatkan hasil panen hingga 20–30 persen dan menekan biaya pembelian pupuk kimia hingga 50 persen, sehingga memberikan manfaat ekonomi langsung bagi petani.
Dalam pelaksanaannya, tim menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari lokasi perkebunan yang belum terjangkau listrik PLN, potensi kontaminasi air hujan, hingga kekhawatiran petani terhadap hasil pertanian organik. Tantangan tersebut diatasi melalui penggunaan genset generator sebagai sumber energi pompa air, penerapan sistem filtrasi berlapis untuk menjaga kualitas air, serta optimalisasi bahan baku POC dengan memanfaatkan tanaman pengikat nitrogen dan limbah organik terpilih agar kualitas nutrisinya tetap kompetitif.
Program ini melibatkan sembilan mahasiswa lintas program studi, yaitu Ranaya Chintya Mahitsa, Muhammad Ariel Rayhan, Ahmad Daffa Alfattah, Nur Febrinalia, Muhammad Fadly Ardyanti, Meindigo Glenn Gelen, Alif Husain Hizbullah, Fikri Abdurrahman, dan Najwa Aidan Yahya. Keterlibatan mahasiswa tidak hanya memperkuat implementasi teknologi di lapangan, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran langsung dalam menerapkan ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan permasalahan riil di masyarakat.
Respons petani terhadap inovasi yang diterapkan menunjukkan hasil yang sangat positif. Para anggota KTHS mulai beralih dari ketergantungan pada pembelian air dan pupuk kimia menuju praktik pertanian yang lebih mandiri dan berkelanjutan, dengan memanfaatkan air hujan sebagai sumber irigasi serta memproduksi pupuk organik secara mandiri. Perubahan perilaku ini menjadi indikator keberhasilan program sekaligus membuka peluang replikasi di wilayah lain dengan karakteristik serupa.
Kegiatan yang berlangsung selama delapan bulan pada tahun 2025 ini didanai oleh BIMA Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, dan diharapkan mampu memberikan manfaat jangka panjang bagi kesejahteraan petani, penguatan peran mahasiswa dan dosen ITK, serta pengembangan pertanian berkelanjutan di Kalimantan Timur.
Inovasi Rainwater Harvesting dan Pupuk Organik Cair
ITK Gelar Workshop Penghapusan BMN Bersama KPKNL Balikpapan, Perkuat Tata Kelola Aset Negara
Workshop Penghapusan BMN di ITK menghadirkan narasumber dari KPKNL Balikpapan untuk memperkuat pemahaman dan tata kelola aset negara di lingkungan kampus.
Kemasan Sekali Pakai Menumpuk, Singkong Murah Jadi Jawaban Ramah Lingkungan
Inovasi bioplastik berbasis singkong oleh Siti Munfarida dari ITK menawarkan solusi ramah lingkungan untuk menggantikan kemasan plastik sekali pakai yang menyebabkan krisis sampah, sekaligus memanfaatkan melimpahnya komoditas singkong lokal.