Siapa sangka, jauh di Pulau Laiya, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan ada sebuah pulau kecil yang mungkin tak banyak muncul di radar wisata mainstream tengah terjadi gerakan perubahan besar-besaran. Bukan oleh pemerintah pusat, bukan pula oleh investor, tapi oleh sekelompok mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan (ITK) yang punya tujuan memadukan pariwisata dan pelestarian lingkungan dalam satu gerakan nyata.
Gerakan ini bukan sekadar ide di atas kertas. Dalam rangka KKN Kebangsaan 2025, para mahasiswa, salah satunya Rahmat Firsandi dari Program Studi Teknik Kelautan ITK, turun langsung ke lapangan. Mereka menggandeng masyarakat setempat untuk melihat potensi pulau mereka bukan hanya sebagai tempat tinggal, tapi juga sebagai destinasi wisata yang bisa dibanggakan tanpa merusak pesonanya.
Lewat kolaborasi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Pangkep, tim ITK berhasil mendorong terbentuknya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Pulau Laiya. Ini bukan kelompok seremonial saja, tapi komunitas yang jadi ujung tombak pengembangan pariwisata di pulau ini.
Pokdarwis dilatih untuk memahami bagaimana mempromosikan wisata secara digital, mengelola potensi wisata lokal, hingga meningkatkan kapasitas diri sebagai pemandu wisata berbasis kearifan lokal. Harapannya Pulau Laiya bisa berkembang jadi desa wisata mandiri yang nggak hanya dikunjungi karena alamnya yang indah, tapi juga karena pengalaman autentik dan masyarakatnya yang siap menyambut dengan tangan terbuka.
Tapi, pariwisata tanpa konservasi? Bisa jadi bumerang. Karena itu, bagian penting dari program ini juga menyentuh aspek lingkungan. Warga diajak memilah sampah organik dan anorganik kebiasaan kecil tapi berdampak besar. Sampah organik diolah menjadi kompos dan eco-enzyme yang bisa digunakan sebagai cairan pembersih alami. Ramah lingkungan, murah, dan punya nilai guna tinggi.
Sementara sampah anorganik, terutama plastik, diolah menjadi ecobrick dan disulap menjadi ecofurnish furnitur sederhana dari limbah plastik. Dengan pendekatan ini, warga bukan cuma diajak membuang sampah pada tempatnya, tapi juga melihat sampah sebagai peluang ekonomi.
Apa yang dilakukan oleh mahasiswa ITK ini bukan hanya soal menyelesaikan program KKN. Ini soal menanamkan semangat kolaborasi, kemandirian, dan kepedulian lingkungan di tengah masyarakat. Program ini memberi gambaran bagaimana pendekatan berbasis partisipasi dan keberlanjutan bisa jadi kunci pengembangan daerah terpencil.
Pulau Laiya boleh jadi kecil di peta, tapi berkat tangan-tangan muda yang penuh semangat dari ITK, pulau itu kini punya potensi besar untuk menjadi contoh bagaimana pariwisata dan pelestarian bisa jalan beriringan.
Penelitian dan Pengabdian
Penelitian dan Pengabdian
Mahasiswa ITK Hadirkan Inovasi Air Bersih dari Air Hujan di Balikpapan
Mahasiswa ITK mengembangkan sistem penampungan dan penyaringan air hujan di Balikpapan sebagai solusi inovatif untuk ketersediaan air bersih yang berkelanjutan.
ITK Gelar International Guest Lecture Bahas Kolaborasi Industri dan Kampus di Era Kompetisi Global
(FSTI) bekerja sama dengan Program Studi Teknik Elektro ITK serta PT Bumi Karya Mandiri menggelar International Guest Lecture
Dari Sampah Jadi Inovasi: Botol Plastik Berubah Jadi Filamen 3D Printer
Inovasi penelitian Ir. Alfian Djafar, S.T., M.T. mengubah botol plastik bekas menjadi filamen 3D printer ramah lingkungan, membuka peluang baru bagi ekonomi sirkular.