Pernahkah Anda berpikir, apakah perahu wisata yang membawa kita menyusuri keindahan Sungai Mahakam sudah benar-benar aman? Di balik pesona perahu-perahu kayu tradisional, ternyata tersimpan isu keselamatan yang perlu diperhatikan. Ide inovatif untuk mengatasi masalah ini datang dari seorang Dekan Fakultas Pembangunan Berkelanjutan (FPB) ITK yang juga merupakan seorang Dosen Teknik Perkapalan, Ir. Alamsyah, S.T., M.T.. Beliau mengusulkan sebuah solusi: teknologi lambung katamaran.
Sungai Mahakam, dengan segala keelokannya, adalah magnet bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Namun, daya tarik ini bergantung pada bis air yang seringkali terbuat dari kayu, dan sayangnya, perahu-perahu ini ditemukan belum memenuhi standar keselamatan dan kelaiklautan yang memadai. Dinas Pariwisata Kota Samarinda memiliki misi untuk meningkatkan destinasi wisata, sehingga pembaharuan perahu yang aman dan sesuai standar adalah sebuah keharusan.
Satu masalah krusial adalah tidak adanya informasi jumlah maksimum penumpang yang bisa diangkut, sehingga sering terjadi kelebihan muatan. Saat perahu kelebihan muatan, ketinggian lambung timbul minimumnya cadangan daya apung kapal akan berkurang drastis. Hal ini membuat air lebih mudah naik ke geladak, yang kemudian mereduksi stabilitas kapal dan berpotensi menyebabkan kapal terbalik.
Meskipun regulasi internasional seperti SOLAS dan ILLC telah menetapkan standar ketat, mengubah kebiasaan masyarakat setempat yang ingin memuat banyak orang tentu tidak mudah. Maka, solusinya adalah dengan mendesain perahu wisata baru yang dapat mengakomodasi perilaku tersebut, namun tetap berlandaskan regulasi dan keselamatan. Inilah saatnya mengadopsi teknologi baru yang mampu meminimalisir kecelakaan.
Katamaran hadir sebagai solusi revolusioner. Dengan dua lambung, katamaran memiliki stabilitas jauh lebih baik dibandingkan perahu berlambung tunggal. Struktur ini secara alami dapat memecah gelombang dan arus, sehingga mengurangi olengan pada kapal. Lebarnya juga menjadikan perahu ini super stabil, memungkinkan pengangkutan beban berat dari berbagai sisi. Selain itu, lambung katamaran dirancang dengan garis air yang sangat ramping, sehingga hambatan saat berlayar menjadi lebih rendah.
Menyadari bahaya keselamatan kapal adalah langkah awal, dan kini saatnya kita bertindak. Tim peneliti berharap bahwa dengan penerapan konsep bis air berteknologi katamaran ini, kekhawatiran wisatawan akan faktor kapal terbalik akan berkurang drastis, membuat mereka merasa lebih aman. Ini adalah langkah besar untuk mewujudkan pariwisata yang lebih aman dan berkelanjutan di Sungai Mahakam, sekaligus menyuarakan pentingnya teknologi berkelanjutan.
Inovasi dari Dapur: Menjinakkan Racun Tambang dengan Limbah Nanas dan Pepaya
Inovasi dari Ismi Khairunnissa Ariani, B.Sc., M.Sc. menghadirkan solusi ramah lingkungan untuk mengolah air asam tambang menggunakan limbah kulit nanas dan biji pepaya sebagai biokoagulan alami.
ITK Hadirkan Inovasi Hijau: Edukasi Bahaya Lereng dan Penerangan Tenaga Surya di Balikpapan
Mahasiswa ITK berkolaborasi meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya lereng sekaligus menghadirkan penerangan jalan ramah energi berbasis tenaga surya di kawasan Bukit Batakan Permai II, Balikpapan
ITS dan ITK Jalin Kolaborasi Pengabdian Masyarakat dan Penelitian Bersama dengan Pesantren Al-Izzah
Kegiatan ini merupakan wujud nyata sinergi antar perguruan tinggi untuk memperkuat ekosistem pendidikan dan riset di Kalimantan Timur.