Balikpapan, 31 Agustus 2025 — Sekelompok mahasiswa lintas program studi dari Institut Teknologi Kalimantan (ITK) berhasil menghadirkan inovasi teknologi sederhana namun berdampak besar: sistem penampungan dan pengolahan air hujan (rainwater harvesting) di Perumahan Bukit Batakan Permai II, Kelurahan Manggar, Balikpapan. Program ini tidak hanya menjawab kebutuhan akan air bersih di tengah keterbatasan pasokan, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan air secara berkelanjutan.
Keterbatasan air bersih akibat perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk menjadi tantangan nyata bagi banyak wilayah, termasuk Balikpapan. Padahal, kota ini memiliki curah hujan tinggi yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber air alternatif.
Melihat potensi tersebut, tim mahasiswa ITK merancang sistem penampungan air hujan dari atap rumah, yang kemudian disaring melalui unit filtrasi sederhana agar layak digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
“Kami ingin menunjukkan bahwa air hujan bisa menjadi solusi nyata untuk mengatasi krisis air bersih, asalkan dikelola dengan baik,”
ujar Afif Taufiiqul Hakim, ketua tim pelaksana dari Program Studi Teknik Sipil ITK.
Sebelum pemasangan, tim melakukan survei lapangan dan uji kualitas air di lokasi. Hasil awal menunjukkan bahwa air hujan memiliki pH 7,85 dan TDS 0,162 mg/L, tergolong layak namun memerlukan pengolahan lanjutan agar memenuhi standar air bersih sesuai Permenkes No. 2 Tahun 2023.
Untuk itu, mereka membuat sistem filtrasi berbasis gravitasi dengan kombinasi pasir silika, batu zeolit, karbon aktif, dan kapas filter aquarium. Desain ini dilengkapi fitur backwash, sehingga media penyaring dapat dibersihkan tanpa dibongkar.
“Sistem ini hemat energi, mudah digunakan, dan bisa dirawat sendiri oleh warga,”
jelas Fegy Sukris Sri Andriany dari Prodi Bisnis Digital ITK.
Setelah alat terpasang, tim ITK mengadakan pelatihan langsung untuk warga mengenai cara penggunaan dan perawatan alat. Warga tampak antusias dan merasa terbantu karena kini mereka mengetahui bahwa air hujan dapat diolah menjadi air bersih.
“Biasanya air hujan kami tampung seadanya, tapi dengan alat ini jadi lebih bersih dan aman,”
tutur Ibu Siti, salah satu warga setempat.
Uji lanjutan setelah penggunaan menunjukkan hasil memuaskan: pH air menjadi 7,64 dan TDS sedikit menurun menjadi 0,161 mg/L. Sistem ini tidak hanya menghasilkan air layak pakai, tetapi juga membantu mengurangi penggunaan air tanah serta menekan risiko banjir dan erosi akibat limpasan air hujan.
Program ini merupakan wujud nyata kolaborasi lintas disiplin mahasiswa ITK — Teknik Sipil, Bisnis Digital, dan Arsitektur — dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.
“Kami ingin menumbuhkan kesadaran bahwa pengelolaan air adalah tanggung jawab bersama,”
ungkap Dwi Aneka Kartini, dosen pembimbing kegiatan.
Ke depan, tim ITK berencana mengembangkan sistem ini dalam skala lebih luas dengan menambahkan sensor otomatis untuk memantau kualitas air secara real-time, sebagai bagian dari konsep Smart Water Management di kawasan perkotaan.
Program ini didukung oleh Institut Teknologi Kalimantan (ITK) melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat 2025, dengan dukungan penuh dari warga Perumahan Bukit Batakan Permai II.
Juara 2 Nasional dalam ajang Sharia Economic Competition 2025 yang diselenggarakan oleh Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ)
ITK Gelar Evaluasi SNPMB 2025 dan Apresiasi Sekolah Terbanyak Diterima
Kegiatan Evaluasi SNPMB ITK untuk menyongsong pelaksanaan SNPMB 2026 yang lebih adaptif
Bijak Membaca Label Pangan: Dosen ITK Ajak Masyarakat Tak Asal Percaya Klaim ‘Bebas’”
Tren konsumsi bebas gluten pada kemasan makanan