Wainaga Untuk Karang Joang

by | Jun 8, 2016 | Berita-ITK

Pengabdian Masyarakat │LPPM ITK

Balikpapan – Satu pagi. Sebuah balai yang disulap menjadi dapur. Ditemani kompor, wajan, panci, dan teman perkakas masak lainnya. Asniah, 40-an tahun, asik mengaduk sebuah adonan ungu kemerahan dengan mixernya.  Bercak-bercak putih, kuning, dan ungu dari bahan-bahan masak menempel pada beberapa sudut jilbab dan gaun hitam yang ia kenakan. Wajahnya berpeluh, tapi ibu rumah tangga ini tampak  bersemangat.

“Tambahkan gula pasir, dan air jeruk nipisnya, Bu!” kata Asniah kepada rekan masak di sampingnya. “Wah pasti enak nih, kok kita gak pernah kepikiran  ya sebelumnya,” sahut ibu lainnya yang juga sedang mengerumuni Asniah. Riuh rendah terdengar di ruangan balai berukuran 10 x 6 meter itu.

IMG_20160604_094800 - Copy

Asniah tidak sendiri. Bersama puluhan ibu-ibu dari RT 33, 35, 36, dan 61, Kelurahan Karang Joang, Asniah menyeruduk Balai Desa Karang Joang pada Sabtu, 4 Juni 2016. Balai itu terletak di Jalan Sungai Wein, Jalan Soekarno-Hatta KM 15, Balikpapan Utara. Mereka membuat sejumlah produk makanan olahan dengan bahan dasar Buah Naga. Selai Buah Naga, Sambal Buah Naga, dan Es Krim Buah Naga, untuk menyebut beberapa.

Ibu-ibu tersebut berkumpul atas undangan tim dosen perwakilan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Kalimantan (ITK). Acara yang bertajuk “Pengabdian  dan Pemberdayaan Perekonomian Masyarakat Sei Wain melalui Produk Olahan Buah Naga ‘Wainaga’” itu, mendapat sambutan antusias.

IMG_20160604_110203 - Copy

Dimulai dengan presentasi dari ketua tim dosen, peserta ditunjukkan cara pembuatan produk olahan dari Buah Naga. Ibu-ibu peserta lalu mempraktekkannya sendiri setelah dibagi ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang.

Diketuai Winarni, beranggotakan Subchan, Budiani Fitria, Rosna Malika, dan Januar Ismail. Acara yang lebih mirip arisan ibu-ibu PKK itu berlangsung singkat hingga tengah hari.

“Kami ingin ibu-ibu dapat lebih berdaya dengan memanfaatkan sumber daya di sekitar mereka,” kata Winarni. Warga Karang Joang dipilih, karena LPPM ingin memfokuskan program pengabdian masyarakat pada masyarakat sekitar Kampus ITK terlebih dulu.

IMG_20160604_104710 - Copy

“Kami berharap setelah diberikan pelatihan, warga memiliki semangat untuk berwirausaha. Daripada sekedar di rumah, mengolah Buah Naga dapat menambah pendapatan keluarga,” ujarnya ketika ditemui reporter Humas ITK.

Menurut dosen Matematika ini, Buah Naga merupakan komoditas unggulan daerah yang banyak tumbuh subur di wilayah Balikpapan, termasuk Kelurahan Karang Joang. Beberapa warga Karang Joang menanam Tanaman Buah Naga di pekarangan rumah mereka. Buah Naga bisa dipanen setiap bulan. Sayangnya, produksi Buah Naga yang melimpah ini seringkali tidak dimanfaatkan dengan baik.

“Banyak Buah Naga yang tidak laku jual, dibiarkan membusuk begitu saja. Padahal ini bisa dimanfaatkan, diolah sehingga bisa tahan lama untuk dikonsumsi,” kata Winarni.

Program Pengabdian Masyarakat yang dilakukan Winarni beserta keempat dosen lainnya ini merupakan bagian dari kewajiban─selain penelitian, dan pengajaran−yang harus dipenuhi oleh dosen sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

IMG_20160604_104649 - Copy

Dosen lainnya yang juga turut memberi pelatihan, Budiani Fitria Endrawati, menambahkan. Pelatihan tersebut juga sebagai usaha mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gizi dalam setiap makanan yang dikonsumsi.

“Sekarang banyak jajanan dan makanan kemasan yang mengandung zat berbahaya. Ada beras berformalin, permen narkoba, lolipop yang menggunakan bahan pengawet, dan racun lainnya. Ini yang sering diabaikan keluarga,” kata dosen Program Studi Teknik Industri ini.

Winarni pun melanjutkan, kandungan gizi makanan yang dikonsumsi seseorang berimplikasi pada pola pikir, emosi, psikologi, dan kesehatannya . “Orang tua harus memperhatikan makanan untuk keluarganya,” kata wanita berjilbab asli Sidoarjo ini.

Selai, es Krim, dan sambal yang telah jadi hasil kreasi ibu-ibu tadi, lalu dimasukkan ke dalam kemasan plastik dan gelas kaca, dan diberi label ‘Wainaga’.

IMG_20160604_113507 - Copy

“Label itu sebagai rangsangan sehingga mereka jadi tergugah untuk berwirausaha. Sedangkan  nama Wainaga adalah gabungan dari kata ‘Wain’ dan ‘Naga’. Maksudnya produk-produk olahan ini dibuat oleh warga yang tinggal di Jalan Sei Wain yang mengolah Buah Naga,” ujar Winarni.

“Kami berharap ilmu yang didapatkan ini bisa diterapkan oleh ibu-ibu, baik untuk tujuan komersil maupun dikonsumsi sendiri sebagai pangan yang sehat. Semoga bermanfaat dan menginspirasi,” tutupnya.

ITK News Office│Humas ITK

Bagikan Yuk :
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
Skip to content