Balikpapan, 10 Mei 2025 — Hari Sabtu pagi itu, Auditorium Gedung Laboratorium Terpadu Institut Teknologi Kalimantan (ITK) dipenuhi oleh wajah-wajah bahagia para wisudawan dan keluarganya. Namun, dari sekian banyak kisah bahagia, ada satu cerita yang menyentuh hati dan mengundang haru: kisah Agustinus Nugraha Mahardika.

Mahasiswa Program Studi Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Rekayasa dan Teknik Industri ini resmi diwisuda pada Wisuda ke-18 ITK. Di tengah sorak-sorai dan tepuk tangan, Agustinus hadir ditemani oleh kedua orang tuanya: sang ibu yang penuh semangat, dan sang ayah yang tengah berjuang melawan sakit stroke.

Kursi roda dan keterbatasan fisik tak menghalangi mereka untuk hadir. Dengan bantuan panitia wisuda ITK, keluarga Agustinus tetap bisa merayakan momen penting ini bersama. Kehadiran mereka bukan sekadar simbol dukungan, tapi juga bentuk nyata dari cinta dan tekad yang tidak bisa dilumpuhkan oleh keadaan.

“Iya, sejak pertama kali dengar kabar bahwa ITK akan dibangun di Balikpapan waktu itu dari berita ketika Bapak Awang Faroek Ishak masih menjabat sebagai Gubernur—saya langsung bilang, anak saya harus kuliah di ITK,” cerita Ibu Endangwati dengan mata berbinar dan suara yang penuh harap.

Bagi Ibu Endang, impian anaknya berkuliah di ITK bukan sekadar keinginan, tapi sebuah cita-cita keluarga. Walau perjalanan tidak mudah, terlebih dengan kondisi sang ayah yang harus berjuang melawan sakit, semangat untuk menyekolahkan anak tetap menyala. “Meskipun keadaan cukup berat, saya tetap ingin anak saya kuliah. Suatu hari nanti, saya yakin dia bisa membuktikan diri,” lanjutnya dengan suara lirih namun penuh keyakinan.

Kini, momen itu benar-benar datang. Agustinus tidak hanya berhasil meraih gelar sarjana, tetapi juga berhasil membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih mimpi.

“Harapan saya, suatu hari nanti Agustinus bisa menjadi anak bangsa yang bermanfaat. Dari ITK, untuk Indonesia,” tutup Bu Endang, menahan haru.

Di tengah segala keterbatasan, kisah Agustinus dan keluarganya adalah pengingat bagi kita semua bahwa cinta, doa, dan tekad adalah bahan bakar utama dalam perjalanan meraih cita-cita. Wisuda ini bukan hanya milik Agustinus, tapi juga milik orang tua yang tak pernah berhenti percaya.